Kembali tentang budidaya udang vannamei. Setelah membahas mengenai cara mudah budidaya udang vannamei di air tawar, kali ini UD MUZAYIN PUTRA sebagai salah satu supplier benur murah dan terpercaya akan memberikan cara mudah budidaya udang vannamei di lahan pasir.
Kegiatan budidaya udang tambak selama ini dilaksanakan di kawasan pantai berhutan bakau dengan tekstur tanah liat seperti di pantai utara Pulau Jawa, Lampung, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Tekstur tanah liat, ditinjau dari segi konstruksi, sangat ideal untuk tambak udang, karena sangat kedap air sehingga menghindarkan kemungkinan terjadinya kebocoran pada tambak. Meskipun demikian, ditinjau dari segi biologis tekstur seperti ini memiliki kelemahan, karena tanah liat sangat memungkinkan terbentuknya lapisan lumpur di dasar tambak sehingga dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap kehidupan atau pertumbuhan udang yang dipelihara.
Dampak negatif tersebut antara lain terjadi karena bahan organik berupa sisa makanan atau detritus yang terikat dengan liat lempung akan sulit teroksidasi kembali sewaktu dilakukan pengolahan dasar tambak. Akibatnya pada saat digenangi air, bahan organik tersebut akan terurai pada kondisi anaerob sehingga menghasilkan gas beracun seperti H2S, NH3 dan NH4 yang sangat membahayakan udang. Selain itu, lapisan lumpur dapat pula mengakibatkan timbulnya penyakit yang menyerang udang sebagaimana terjadi akhir-akhir ini pada hampir sebagian besar tambak udang di Indonesia.
Pembangunan tambak udang pada lahan pantai berpasir belum banyak dilakukan, karena pertimbangan ekonomis. Konstruksi tambak pada lahan berpasir cenderung membutuhkan biaya investasi yang besar, karena harus ditembok beton, dan itupun kadang kala masih mengalami kegagalan karena setelah diisi air, tambak bocor sehingga tidak dapat dioperasikan. Padahal dasar tambak berpasir sangat baik untuk pertumbuhan udang, karena secara biologis lingkungan dasar bersih dari lumpur sehingga sehat bagi pertumbuhan udang.
(a) biaya yang relatif murah;
(b) proses konstruksi yang mudah dan cepat;
(c) mudah dalam perawatan;
(d) baik untuk pertumbuhan udang.
Agar tambak mudah dikeringkan dan sisa pakan selama pemeliharaan dapat dibersihkan, maka dasar tambak dibuat miring ke tengah dengan tingkat kemiringan 1-2%. Selanjutnya di tengah dasar tambak dilengkapi dengan konstruksi pengeluaran air (central drainase). Central drainase terdiri dari bangunan tower, saringan air dan pipa pembuangan bawah tanah terbuat dari pipa PVC 12″.
Selain konstruksi petakan tambak, perlu pula diperhatikan konstruksi saluran pemasukan air (inlet) dan konstruksi pembuangan air (outlet). Saluran pemasukan air dibuat di atas pematang tambak yang menghubungkan sumber air sungai (yang dipompakan ke saluran) dengan petakan tambak. Konstruksi saluran air tersebut terbuat dari pasangan bata merah selebar 0,5 m dan tinggi 0,5 m, yang bagian dasarnya diperkuat dengan fondasi batu kali.
Saluran pembuangan dibuat di bawah tanah dan lebih rendah dari dasar tambak, terbuat dari buis beton yang menampung air pembuangan yang berasal daricentral drainase.
Pengkajian tersebut dilakukan pula dengan melaksanaan pemeliharaan udang untuk mengetahui pertumbuhan udang. Teknik budidaya yang diterapkan tidak banyak berbeda dengan teknik budidaya yang diterapkan pada umumnya, dengan padat tebar 30 ekor/m2, pemberian pakan berupa pellet, penggunaan kincir air, monitoring kualitas air dan penambahan volume air. Sampai saat ini, proses budidaya sedang dilaksanakan sehingga belum diketahui hasilnya. Namun berdasarkan pengalaman yang dilaksanakan pada jenis tambak yang sama di Kabupaten Sukabumi, pertumbuhan udang pada umumnya cukup baik, dengan tingkat kematian (mortalitas) yang rendah.
Demikian pembahasan singkat mengenai cara mudah budidaya udang vannamei di lahan pasir. Semoga bermanfaat bagi Anda semua.
Diolah dari http://kamusilmiah.com
Kegiatan budidaya udang tambak selama ini dilaksanakan di kawasan pantai berhutan bakau dengan tekstur tanah liat seperti di pantai utara Pulau Jawa, Lampung, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Tekstur tanah liat, ditinjau dari segi konstruksi, sangat ideal untuk tambak udang, karena sangat kedap air sehingga menghindarkan kemungkinan terjadinya kebocoran pada tambak. Meskipun demikian, ditinjau dari segi biologis tekstur seperti ini memiliki kelemahan, karena tanah liat sangat memungkinkan terbentuknya lapisan lumpur di dasar tambak sehingga dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap kehidupan atau pertumbuhan udang yang dipelihara.
Dampak negatif tersebut antara lain terjadi karena bahan organik berupa sisa makanan atau detritus yang terikat dengan liat lempung akan sulit teroksidasi kembali sewaktu dilakukan pengolahan dasar tambak. Akibatnya pada saat digenangi air, bahan organik tersebut akan terurai pada kondisi anaerob sehingga menghasilkan gas beracun seperti H2S, NH3 dan NH4 yang sangat membahayakan udang. Selain itu, lapisan lumpur dapat pula mengakibatkan timbulnya penyakit yang menyerang udang sebagaimana terjadi akhir-akhir ini pada hampir sebagian besar tambak udang di Indonesia.
Pembangunan tambak udang pada lahan pantai berpasir belum banyak dilakukan, karena pertimbangan ekonomis. Konstruksi tambak pada lahan berpasir cenderung membutuhkan biaya investasi yang besar, karena harus ditembok beton, dan itupun kadang kala masih mengalami kegagalan karena setelah diisi air, tambak bocor sehingga tidak dapat dioperasikan. Padahal dasar tambak berpasir sangat baik untuk pertumbuhan udang, karena secara biologis lingkungan dasar bersih dari lumpur sehingga sehat bagi pertumbuhan udang.
Manfaat Budidaya Udang Vannamei di Lahan Pasir
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa pada tambak-tambak bertekstur lumpur, produktivitas tambak cenderung menurun setelah periode pemeliharaan tahun kedua. Hal ini terjadi karena penumpukan lumpur, sehingga diperlukan pekerjaan tambahan yang disebut dengan “keduk teplok" yaitu upaya membuang lapisan lumpur pada dasar tambak sebelum periode tanam dilakukan. Pada tambak pasir yang telah dikembangkan di Desa Ujung Kenteng, Kabupaten Sukabumi, produktivitas tambak cenderung konstan sampai dengan periode tanam ke-12. Bahkan kualitas udang yang dihasilkan pun cenderung lebih baik, karena tumbuh pada lingkungan dasar tambak yang relatif lebih bersih.Keunggulan Budidaya Udang Vannamei di Lahan Pasir
Pengkajian teknologi yang dilakukan oleh Direktorat Pengkajian Sistem Industri Primer, BPP Teknologi bekerjasama dengan fakultas Perikanan IPB di Desa Karangwuni, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta, meliputi konstruksi tambak udang pada lahan pantai berpasir dengan menggunakan bahan baku yang murah dan tersedia di lapangan, tetapi tetap menjamin persyaratan tambak udang yang baik. Konstruksi seperti ini disebut dengan istilah “BIOSEAL” (Bottom Isolation from Organic Substances to Eliminate Acid Layer). Keunggulan dari konstruksi BIOSEAL dibandingan dengan konstruksi lainnya (misalnya beton cor) yang sama-sama digunakan untuk lahan pasir adalah:(a) biaya yang relatif murah;
(b) proses konstruksi yang mudah dan cepat;
(c) mudah dalam perawatan;
(d) baik untuk pertumbuhan udang.
Petunjuk Proses Budidaya Udang Vannamei di Lahan Pasir
Konstruksi tambak dibangun dengan bentuk bujur sangkar dengan ukuran panjang dan lebar masing-masing 50 meter, sehingga luas satu petak tambak sebesar 2.500 m2. Untuk konstruksi tanggul tambak, digunakan harflek yaitu lembaran dinding terbuat dari bahan asbestos berkadar asbes rendah yang biasanya digunakan untuk dinding bangunan atau pagar. Harflek tersebut dipasang memanjang pada dinding tambak bagian dalam dan pada setiap sambungan diperkuat dengan pasangan batako semen. Sebelum harflek dipasang, maka dasar dan dinding tambak dilapisi dengan plastik (ketebalan 0,6 mm). Pematang tambak dibuat miring dengan perbandingan 1 : 1 sampai 1 : 1,5. Sebelum bioseal dipasang, pematang pasir dipadatkan terlebih dahulu agar stabil. Untuk memudahkan dan memperkuat konstruksi dinding, maka pada pada dasar dinding terlebih dahulu diberi konstruksi “sepatu dinding” selebar 1 meter terbuat dari plesteran.Agar tambak mudah dikeringkan dan sisa pakan selama pemeliharaan dapat dibersihkan, maka dasar tambak dibuat miring ke tengah dengan tingkat kemiringan 1-2%. Selanjutnya di tengah dasar tambak dilengkapi dengan konstruksi pengeluaran air (central drainase). Central drainase terdiri dari bangunan tower, saringan air dan pipa pembuangan bawah tanah terbuat dari pipa PVC 12″.
Selain konstruksi petakan tambak, perlu pula diperhatikan konstruksi saluran pemasukan air (inlet) dan konstruksi pembuangan air (outlet). Saluran pemasukan air dibuat di atas pematang tambak yang menghubungkan sumber air sungai (yang dipompakan ke saluran) dengan petakan tambak. Konstruksi saluran air tersebut terbuat dari pasangan bata merah selebar 0,5 m dan tinggi 0,5 m, yang bagian dasarnya diperkuat dengan fondasi batu kali.
Saluran pembuangan dibuat di bawah tanah dan lebih rendah dari dasar tambak, terbuat dari buis beton yang menampung air pembuangan yang berasal daricentral drainase.
Pengkajian tersebut dilakukan pula dengan melaksanaan pemeliharaan udang untuk mengetahui pertumbuhan udang. Teknik budidaya yang diterapkan tidak banyak berbeda dengan teknik budidaya yang diterapkan pada umumnya, dengan padat tebar 30 ekor/m2, pemberian pakan berupa pellet, penggunaan kincir air, monitoring kualitas air dan penambahan volume air. Sampai saat ini, proses budidaya sedang dilaksanakan sehingga belum diketahui hasilnya. Namun berdasarkan pengalaman yang dilaksanakan pada jenis tambak yang sama di Kabupaten Sukabumi, pertumbuhan udang pada umumnya cukup baik, dengan tingkat kematian (mortalitas) yang rendah.
Demikian pembahasan singkat mengenai cara mudah budidaya udang vannamei di lahan pasir. Semoga bermanfaat bagi Anda semua.
Diolah dari http://kamusilmiah.com